PROPOSAL PENELITIAN
GAMBARAN GANGGUAN MENSTRUASI TERHADAP PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS
LEPO – LEPO KECAMATAN BARUGA
KOTA KENDARI TAHUN 2013
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Program Diploma III Di Akademi Keperawatan PPNI Kendari
OLEH :
HARTINI
10.082
YAYASAN KEPERAWATAN AKPER PPNI
KENDARI
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pertumbuhan
penduduk dunia sejak lama telah menjadi perhatian sehingga tumbuh ilmu yang
mempelajari tentang penduduk, yaitu ilmu demografi dan ilmu kependidikan. Salah
satu kebijaksanaan kependudukan adalah penyelenggaraan program keluarga
berencana, sehingga setiap keluarga dapat merencanakan jumlah dan komposisi
keluarga yang di sesuaikan dengan kemampuan politik, ekonomi, social, budaya
serta pertahanan dan keamanan, (BKKBN,
2004 : 34).
Pada
saat ini program keluarga berencana (KB) telah dikenal hampir diseluruh dunia.
Negara-negara maju, keluarga berencana bukan lagi merupakan falsafah hidup
masyarakatnya. Sedangkan di Negara-negara sedang berkembang keluarga berencana
masih merupakan program yang pelaksanaannya harus terus ditingkatkan.
(Sujiayatini, 2009).
Indonesia
menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber daya manusia dengan
kelahiran 5.000.000 per tahun. Untuk dapat mengangkat derajat kehidupan bangsa
telah di laksanakan secara bersamaan pembangunan ekonomi. Satu – satunya jalan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu Negara adalah melakukan
pembangunan dan persamaan dan pelaksanaan gerakan keluarga berencana, karena
pembangunan dan program keluarga berencana merupakan satu sisi mata uang, (Manuaba,
2002 : 23).
Program
pelayanan Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pilihan yang biasa
dilakukan untuk menjarangkan kehamilan. Dengan demikian, anak bisa mendapat
perhatian penuh dari orang tua dimasa kecilnya. Saat ini, banyak alternatif
kontrasepsi yang biasa digunakan sesuai dengan kebutuhan. Ada beberapa
kontrasepsi yang biasa digunakan masyarakat, diantaranya kondom, pil, suntik,
susuk, hingga bentuk vasektomi dan tubektomi. Dalam memilih alat kontrasepsi
sebaiknya mengetahui keuntungan dan kerugian yang mungkin terjadi. Ciri – cirri suatu kontrasepsi yang ideal
meliputi daya guna, aman, murah, dan efek sampingnya minimal, (Prawirohardjo,
2005).
Berdasarkan
data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sejak tahun 2003 –
2006 peserta Keluarga Berencana Indonesia hanya meningkat 0,5 % pertahun dan
pada tahun 2007 peserta KB hanya 62,5 % dari 45 juta PUS atau sekitar 28 juta
PUS yang menjadi peserta KB aktif. ( pdpersi, 2012 ).
Pada
mei 2006 hingga maret 2007 jumlah akseptor KB Indonesia yaitu jumlah akseptor
suntik sebanyak 9.303.905 (34,8%), akseptor KB IUD sebanyak 7.562.672 (28,3%),
akseptor KB implant sebanyak 2.882.899 (19,8%), akseptor KB kondom 313.358 (1,2%), ( wikipedia, 2012 ).
Salah
satu misi program KB Nasional adalah meningkatkan kualitas pelayanan KB dan
Kesehata Reproduksi.
Pencapaian
target peserta KB baru di Propinsi Sulawesi tenggara selama 5 tahun terakhir
nampaknya berfluktualisasi namun demikian umumnya pencapaian tersebut sudah
diatas 100 %. Pada tahun 2011 jumlah penduduk Sulawesi Tenggara 1.755.492 jiwa,
jumlah PUS (Pasangan Usia Subur) 267.015 jiwa, jumlah peserta KB aktif 256.234
jiwa yang terdiri dari penggunaan alat kontrasepsi pil 37,81 %, suntik 40,09%,
implant 11,33%, IUD (Intra Uterine Device) 4,03%, dan MOW (MetodeOperasi
Wanita) 2,47 % serta MOP (Metode Operasi Pria) 2,04%. Angka ini cenderung
meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 99,94
%, (Dinkes Sultra, 2011).
Menurut
Depkes RI ( 2002:42 ) bahwa secara garis besar kegiatan keluarga berencana
meliputi komunikasi, informasi dan edukasi ( KIE ), pelayanan kontrasepsi,
pelayanan rujukan keluarga berencana serta pencatatan dan pelapor. Pelayanan KB
mencangkup konsultasi dan pemeriksaan, pemasangan alat kontrasepsi serta
pemberian obat kontrasepsi sesuai kebutuhan dan keinginan klien, baik suami
maupun istri setelah sebelumnya mendapat konseling oleh dokter atau bidan yang
berwenang. Alat dan obat kontrasepsi disediakan bagi suami dan istri, dengan
informasi yang benar untuk setiap metodenya. Untuk metode kontrasepsi mantap,
baik MOP maupun MOW dapat ditangani oleh tempat pelayanan yang ada atau dirujuk
ke tempat pelayanan yang memang mempunyai wewenang untuk hal ini. (
BKKBN,2004:17 )
Pada
tahun 2012 peserta KB aktif mengalami peningkatan yaitu menjadi 286.245 yang
terdiri dari pengguna alat kontrasepsi pil 38,25%, suntik 41,11%, implant
11,89%, IUD 2,01%, (Dinkes Sultra, 2012).
Kontrasepsi
suntik merupakan obat pencegah kehamilan yang pemakainya dilakukan dengan jalan
menyuntikan obat tersebut pada wanita subur. Obat ini berisi Depo Medroksi
Progesterone Acetate (DMPA). Penyuntikan dilakukan pada otot (intra muskuler)
di bokong (gluteus) yang dalam atau pada pangkal lengan (deltoid).
Kontrasepsi
suntik mempunyai permasalahan atau efek samping. Pada pemakaian KB suntik
mengalami berbagai permasalahan utama yaitu gangguan pola Haid. Gangguan pola
haid yang terjadi seperti pendaharan bercak, pendarahan irregular, amenore dan
perubahan dalam frekwensi, lama dan jumlah darah yang hilang.
Dalam
memilih suatu metode, wanita harus menimbang berbagai faktor, termasuk status
kesehatan mereka, efek samping potensial suatu metode, konsekwensi terhadap
kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang diinginkan, kerjasama
pasangan, dan norma budaya mengenai kemampuan mempunyai anak.
Setiap
metode mempunyai kelebihan dan kekurangan, namun demikian meskipun telah
mempertimbangkan untung rugi semua kontrasepsi, tetap saja terdapat kesulitan
untuk mengontrol fertilitas secara aman, efektif, dengan metode yang dapat
diterima, baik secara perseorangan maupun budaya pada beberapa tingkat
reproduksi. Tidaklah mengejutkan apabila banyak wanita merasa bahwa penggunaan
kontrasepsi terkadang problematic dan mungkin terpaksa memilih metode yang
tidak cocok dengan konsekwensi yang merugikan atau tidak menggunakan
kontrasepsi sama sekali.
Pada tahun 2012 Khusus di Puskesmas Lepo – Lepo
kecamatn baruga kota kendari terdapat 810
peserta KB aktif, 260 menggunakan
alat kontrasepsi suntik.
Berdasarkan
jumlah keseluruhan akseptor KB suntik di Puskesmas lepo-lepo Kecamatan Baruga
Kota Kendari mulai Januari 2013 – Mei 2013 sebanyak 163 orang. Dari hasil
pendataan terdapat 105 yang memakai alat kontrasepsi suntik. Oleh sebab itu
penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Gambaran Gangguan Menstruasi Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi
Suntik Pada Akseptor KB Suntik di Puskesmas Lepo – Lepo Kecamatan Baruga Kota
Kendari Tahun 2013 ”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : "Bagaimanakah
gambaran gangguan menstruasi terhadap pemakaian alat kontrasepsi suntik pada
akseptor KB suntik di puskesmas Lepo-Lepo Kecamatan Baruga Kota Kenari".
C.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui
gambaran gangguan menstruasi terhadap pemakaian alat kontrasepsi suntik
pada akseptor KB suntik di puskesmas Lepo-Lepo Kecamatan Baruga Kota Kendari.
2.
Tujuan Khusus
a.
Untuk
mengetahui gambaran gangguan menstruasi
berdasarkan siklus menstruasi pada akseptor KB suntik di Puskesmas Lepo-Lepo
Kecamatan Baruga Kota Kendari.
b.
Untuk
mengetahui gambaran gangguan menstruasi
berdasarkan gangguan amenorhea pada akseptor KB suntik di Puskesmas Lepo-Lepo
Kecamatan baruganKota Kendari.
c.
Untuk
mengetahui gambaran gangguan menstruasi
berdasarkan dismenorhe pada akseptor KB suntik di Puskemas Lepo-Lepo Kecamatan
Baruga Kota Kendari.
D.
Manfaat penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III
keperawatan
2. Penelitian ini diharakan menjadi salah
satu informasi penting bagi Institusi kesehatan pada umumnya dan khususnya
puskesmas lepo-lepo kecamatan baruga kota kendari, dalam upaya meningkatkan
pelayanan Keluarga Berencana.
3. Sebagai bahan acuan bagi peneliti
selanjutnya.
4. Penelitian ini merupakan pengalaman
berharga bagi peneliti dalam mengembangkan pengetahuan dan mengaplikasikannya
di masyarakat
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Tinjauan Tentang Akseptor dan Keluarga Berencana
1. Pengertian Akseptor
Akseptor adalah seorang
individu yang membutuhkan pelayanan kesehatan Keluarga Berencana ( KB ) dirumah
sakit, puskesmas serta tempat-tempat pelayanan kesehatan lainnya ( BKKBN,1993:3
).
2. Pengertian Keluarga Berencana
Pengertian keluarga berencana menurut UU no 10
tahun 1992 ( tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan pembangunan
sejahtera ) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui Pendewasaan Usia Perkawinan ( PUP ), pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtra. Tujuan utama program Keluarga Berencana nasional ini adalah untuk
memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang
berkualitas, menurunkan tingkat/angka kematian ibu bayi, dan anak serta
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga
kecil berkualitas ( Sujiyatini,2009 ).
Program
keluarga berencana merupakan salah satu usaha penanggulangan masalah
kependudukan. Program keluarga berencana adalah bagian yang terpadu ( integral
) dalam program pembangunan nasional yang bertujuan untuk turut serta
menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan social budya penduduk
Indonesia.
Dengan
program keluarga berencana nasional saat ini baru dilakukan salah satu saja
dari keluarga berencana, yakni penjarangan kehamilan dengan pemberian alat
kontrasepsi ( Depkes, 1999 ).
Kontrasepsi
adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat bersifat
sementara, dan dapat pula bersifat permanen. Penggunaan alat kontrasepsi
merupakan salah satu variable yang mempengaruhi fertilitas ( Prawirodiharjo,
1991).
Hasil
pencapaian peserta KB memperlihatkan kemajuan-kemajuan di bidang kependudukan.
Sebagai dampak didapatkanpenurunan Total Fertiliti Rate ( TFR ), dan program KB
sudah menjadi gerakan masyarakat yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat.
Dalam KB mandiri diharapkan adanya perubahan sikap dan kesadaran sendiri
mencari pelayanan KB, baik pelayanan informasi maupun pelayanan kontrasepsi di
tempat pelayanan yang tersedia sesuai dengan kemampuan dan peraturan yang
berlaku ( BKKBN, 1995 ).
Berbagai
perkembangan terjadi dalam bidang teknologi kesehatan, salah satu diantaranya
adalah menyangkut perkembangan kontrasepsi yang meliputi obat-obatan yang
digunakan dan pemakaian alat kontrasepsi tersebut. Ditinjau dari segi
pengetahuan masyarakat terhadap metode maupun alat kontrasepsi yang ada pada
saat ini sebagian besar belum mengetahui secara rinci mengenai cara kerja alat
kontrasepsi itu sendiri ( BKKBN, 1996 ).
Dalam
pekembangan kemajuan teknologi saat initelah ditemukan dan dipakai bebagai
alat/ metode kontrasepsi. Metode teknis geraka keluarga berencana di indonesia
untuk pendapatkan gambaran yang menyeluruh dan rinci. Rencana kelengkepan
keluarga pasangan intertilitas ( mandul ) dan interval ( menjarangkan )
Kehamilan (
Manuaba, 1998).
Metode
KB yang dapat digunakan yaitu :
a. Metode sederhana seperti kondom,
spermatisid, koitus ineruptus ( senggama terputus ), pantangan berkala.
b. Metode efektif seperti hormonal yaitu
pil, suntik, dan susuk.
c. Metode mekanis yaitu alat kontrasepsi
dalam rahim (AKDR) ( Manuaba,1998 ).
3. Tujuan Keluarga Berencana
Tujuan keluarga
berencana adalah :
a. Umum
Tujuan umum KB adalah membentuk keluarga
kecil sesuai dengan kekuatan social ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur
kelihiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya ( Depkes, 1999 ).
Meningkatnya kesejahteraan ibu dan anak
serta keluarga dalam rangka mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan
sejahtera ( NKKBS ) yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang
sejahtera melalui pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia guna menyongsong
tinggal landas pembangunan.
b. Khusus
1) Meningkatkan kesadaran
masyarakat/keluarga dalam pengguanaan alat kontrasepsi
2) Menurunnya angka kelahiran bayi
3) Meningkatnya kesehatan
masyarakat/keluarga dengan cara penjarangan kehamilan ( Hartanto, 2002:18 ).
4. Sasaran Keluarga Berencana
Menurut BKKBN (
2004: 37 ), sasaran keluarga berencana adalah :
a. Pasangan yang seharusnya diberi pelayanan
keluarga berencana
b. Mereka yang ingin mencegah kehamilan
karna alas an pribadi
c. Mereka yang ingin menjarangkan
kelahiran. Demi kesehatan ibu dan anak, jarak kelahiran yang baik adalah tidak
kurang dari 3 tahun
d. Mereka yang ingin membatasi jumlah anak
5. Manfaat Keluarga Berencana
Menurut Depkes
RI ( 2005:24 ), manfaat Keluarga Berencana dalam segi Kesehatan adalah :
a. Untuk Ibu
Dengan jalan
mengatur jumlah dan jarak kelahiran, ibu mendapat manfaat berupa :
1) Perbaikan kesehatan badan karena
tercegahnya kehamilan yang berulang kali
dalam jangka waktu yang terlalu pendek.
2) Peningkatan kesehatan mental dan social
yang dimungkinkan oleh adaya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak, untuk
beristirahat, dan menikmati waktu terulang serta melakukan kegiatan-kegiatan
lainnya.
b. Untuk anak-anak yang dilahirkan
1) Anak yang akan dilahirkan akan tumbuh
secara wajar karena ibu yang mengandungnya berada dalam keadaan sehat.
2) Sesudah lahir anak tersebut akan
memperoleh perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukupkarena kehadiran anak
tersebut memang direncanakan.
c. Untuk anak yang lain
1) Member kesempatan kepada mereka agar
perkembangan fisiknya lebih baik karena setiap anak memperoleh makanan yang
cukup dari sumber yang tersedia dalam keluarga.
2) Perkembangan mental dan sosialnyalebih
sempurna karena pemeliharaan yang lebih baik dan lebih banyak waktu yang dapat
diberikan oleh ibu untuk setiap anak.
3) Perencanaan kesempatan pendidikan yang
lebih baik karena sumber-sumber pendapatan keluarga tidak habis untuk
mempertahankan hidup semata-mata.
d. Untuk Ayah
Memberikan
kesempatan padanya agar dapat :
1) Memperbaiki kesehatan fisiknya
2) Memperbaiki kesehatan mental dan social
karena kecemasan berkurang serta lebih banyak waktu yang terulang untuk
keluarga.
B.
Tinjauan Alat Kontrasepsi Suntik
1. Pengertian
Asal kata "kontra"
berarti mencegah atau melawan dan "konsepsi" yang berarti pertemuan
antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.
Berarti kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha
itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen (Vincentia, 2009).
Jadi, kontrasepsi suntik adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan
melalui suntikan hormonal ( BKKBN , 2004).
Kontrasepsi
suntik diindonesia merupakan kontrasepsi yang popular. Kontrasepsi yang
digunakan adalah long acting progestin,
yaitu norestitoren enantat ( NETENT )
dengan nama dagang noristerat, dan depomedrosi progesterone asetat ( DMPA )
dengan merek dagang depoprofera (
Hartanto, 2002)
Menurut
Baso dan Judy (1999), suntikan KB adalah cairan yang berisi hormone estrogen
maupun progesterone dalam jangka waktu tertentu (satu, dua atau tiga
bulan) tergantung dari jenis suntikan.
2. Macam – macam Kontrasepsi Suntik
a. DMPA atau yang lebih, mengandung
progesterone :
DMPA diberikan
setiap tiga bulan dengan dosis 150 gram.
b. NETEN atau lebih dikenal dengan nama
noristerat.
Diberikan dalam
dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu.
c. Suntikan kombinasi Progesterone dan
Estrogen
Cycloprofera
atau cyclovem, merupakan kombinasi 25 gram DMPA
dan 5 gram estradiol cypionate yang
diberikan sekali sebulan ( Hartanto,2002).
3. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntik
a. Menghambat sekresi hormone-hormon
sehingga mencegah terjadinyaovulasi.
b. Mengubah suasana endometrium sehingga tidak
sempurna untuk implantsi hasil konsepi.
c. Menambah kepekaan lender serviks
sehingga menghalangi masuknya spermatozoa.
d. Mangubah kecepatan transportasi ovum
melalui tuba keuterus ( Hartanto, 2002).
4. Keuntungan Kontrasepsi Suntik
a. Pemberianya sederhana setiap 8 sampai 12
minggu.
b. Tingkat efektifitasnya tinggi.
c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami
istri.
d. Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan
tumbuh kembang bayi.
e. Dapat dipake atau diberikan pasca
persalinan, pasca keguguran atau pasca menstruasi.
f. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenoopause.
g. Membantu mencegah kanker endometrium dan
kehamilan ektopik.
h. Pengawasan medis ringan ( Saifudin,
2006).
5. Efek Samping Kontrasepsi Suntik
a. Gangguan haid, seperti:
1) Amenore : Tanda amenorea adalah tidak
didapatkannya haid pada usia 16 tahun, dengan atau tanpa perkembangan seksual
sekunder (perkembangan payudara, perkembangan rambut pubis), atau kondisi
dimana wanita tersebut tidak mendapatkan haid padahal sebelumnya sudah pernah
mendapatkan haid. Gejala lainnya tergantung dari apa yang menyebabkan
terjadinya amenorea.
2) Spotting adalah bercak-bercak perdarahan
di luar haid yang terjadi selama aseptor mengikuti aseptor KB suntik. Penyebab
pasti spotting atau perdarahan bercak selama ini belum jelas, namun diduga
penyebabnya adalah dengan adanya penambahan progesteron.
3) Menoragia : Timbulnya perdarahan yang
berlebihan saat terjadinya haid (menoragia) dapat terjadi akibat beberapa hal,
diantaranya:
1. Adanya kelainan organik, seperti:
a) infeksi saluran reporduksi
b) kelainan koagulasi (pembekuan darah),
misal : akibat von willebrand disease, kekurangan protrombin, idiopatik
trombositopenia purpura (ITP), dll.
c) Disfungsi organ yang menyebabkan
terjadinya menoragia seperti gagal hepar atau gagal ginjal. Penyakit hati
kronik dapat menyebabkan gangguan dalam menghasilkan faktor pembekuan darah dan
menurunkan hormon estrogen.
2. Kelainan hormon endokrin misal akibat
kelainan kelenjar tiroid dan kelenjar adrenal, tumor pituitari, siklus
anovulasi, Sindrome Polikistik Ovarium (PCOS), kegemukan, dll
3. Kelainan anatomi rahim seperti adanya
mioma uteri, polip endometrium, hiperplasia endometrium, kanker dinding rahim
dan lain sebagainya.
4. Iatrogenik : misal akibat pemakaian IUD,
hormon steroid, obat-obatan kemoterapi, obat-obatan anti-inflamasi dan
obat-obatan antikoagulan.
4) Metroragia :
a. Metroragia diluar kehamilan dapat
disebabkan oleh luka yang tidak sembuh, carcinoma corpus uteri, carcinoma
cervicitis, peradangan dari haemorrhagis (seperti kolpitis haemorrhagia,
endometritis haemorrhagia), hormonal.
b. Perdarahan fungsional:
1. Perdarahan Anovulatoar, disebabkan oleh
psikis, neurogen, hypofiser, ovarial (tumor atau ovarium yang polikistik) dan
kelainan gizi, metabolik, penyakit akut maupun kronis.
2. Perdarahan Ovulatoar, akibat korpus
luteum persisten, kelainan pelepasan endometrium, hipertensi, kelainan darah
dan penyakit akut ataupun kronis.
b.
Depresi
Rasa
lesu tak bersemangat dalam beraktifitas.
c.
Keputihan
Adanya
cairan putih yang berlebihan yang keluar dari liang senggama dan terasa
mengganggu. Hal ini jarang terjadi pada peserta suntik, dan bila terjadi pasti
ada penyebab lain. Tidak berbahaya kecuali berbau, panas atau terasa gatal.
d.
Jerawat
Timbulnya
jerawat atau dibadan.
e.
Perubahan
Libido
Menurunya
atau meningkatnya libido akseptor, hal ini bersifat subyektif dan sulit
dinilai.
f.
Perubahan
berat badan
Berat
badan bertambah beberapa kg dalam beberapa bulan setelah pemakaian suntikan KB,
dan ini merupakan efek yang paling sering terjadi.
g.
Pusing
dan sakit kepala
Insiden
sakit kepala adlah sama pada DMPA maupun NETEN dan biasanya bersifat sementara
( BKKBN, 1996 ).
6. Kontra Idikasi Kontrasepsi Suntik
a. Kehamilan
b. Karsinoma payudara
c. Karsinoma genetalia
d. Perdarahan pervagiana yang belum jelas penyebabnya
e. Diabetes mellitus disertai komplikasi (
Hartanto, 2002 ).
7. Cara Pemberian Kontrasepsi suntik
Kontrasepsi
suntik dapat diberikan :
a. Paska persalinan sampai hari ke- 40,
sebelum berhubungan dengan suami
b. Pasca keguguran sampai hari ke- 7
c. Disarankan untuk menggunakan kontrasepsi
suntik pada hari ke- 5 menstruasi ( Saifudin, 2006 ).
8. Tehnik Penyuntikan
a. Obat harus dikocok terlebih dahulu
dengan baik, dan hindarkan terjadinya gelembng-gelembung udara. Kontrasepsi
suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat endapan putih pada dasarampul,
upayakan menghilangkannya dengan menghangatkannya.
b. Semua obat harus diisap kedalam alat
suntik.
c. Diberikan secara intra muskuler dalam
daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan
kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak akan bekerja segra dan secara
fektif.
d. Bersihkan kulit yang akan disuntik
dengan kapas alcohol yang dibasahi oleh etil/ isopropyl alcohol 60-90%. Biarkan
kulit kering sebelum disuntik, setelah kulit kering baru disuntik.
e. Jangan melakukan masase pada tempat
suntikan karena akan mempercepat pelepasan obat dari tempat suntikan sehingga
sma efektif dari kontrasepsi menjadi lebih pendek ( Sujiyatini, 2009 ).
C.
Tinjauan Tentang Menstruasi
a. Pengertian
Menstrusi ialah perdarahan secara periodik dan siklik
dari uterus disertai pelepasan ( deskuamasi ) endometrium. Siklus menstruasi
adalah jarak dimulainya menstruasi sampai menstruasi berikutnya ( Sarwono, 2002
).
Menstruasi ( haid ) merupakan suatu
kejadian perdarahan melalui vagina seorang perempuan sehat dan merupakan
pertanda bahwa sudah memasuki akil baliq. Menstruasi berlangsung sejak datang
pertama kali ( menarhea ) sampai pada saat menopause. Terjadinya menstruasi
merupakan perpaduan antara kesehatan alat genetlia dan rangsangan hormonal yang
kompeks yang berasal dari mata rantai hypothalamus-Hipofisis-Ovarium ( Yatim,
2001 ).
Wanita dewasa yang sehat dan tidak
hamil setiap bulan secara teratur mengeluarkan darah dari alat kandungannya
disebut menstruasi atau haid (Turmin, 1997 : 59).
a) Gambaran klinis menstruasi
Sebagian
besar wanita pertengahan usia reproduktif, perdarahan menstruasi terjadi setiap
25-35 hari dengan panjang siklus normal adalah 28 hari. Lama keluarnya darah
menstruasi juga bervariasi pada umumnya lamanya 3-7 hari. Pengeluaran darah
menstruasi tediri dari fragmen-fragmen pengelupasan endometrium yang bercampur
dengan darah yang banyaknya tidak tentu. Biasnya darahnya cair, tetapi apabila
kecepatan aliran darahnya terlalu besar, bekuan dengan berbagai ukuran sngat
mungkin ditemukan. Ketidak bekuan darah menstruasi yang biasa ini disebapkan
oleh suatu system fibrinolitik local yang aktif didalam endometrium.
b) Aspek hormonal selama siklus menstruasi
Mamalia,
khususnya manusia, siklus reproduksinya melibatkan berbagai organ, yaitu
uterus, ovarium, vagina, dan mamae yang berlangsung dalam waktu tertentu atau adanya
singkronisasi, maka hal ini dimungkinkan adanya pengaturan, kordinasi yang
disebut hormone. Hormon adalah zat kimia
yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang langsung dialirkan dalam peredaran
darah dan mempengaruhi organ tertentu yang disebut organ traget. Hormone-hormon
yang berhubungan dengan siklus menstruasi ialah luteinizing hormone ( LH ), folikel
stimulating hormone ( FSH ), prolakting
releasing hormone ( PRH ).
Pada
proses menstruasi dengan ovulasi ( terjadi pelepasan telur ), hormone estrogen
yang dikeluarkan makin lama makin meningkatyang menyebapkan lapisan dalam rahim
mengalami pertumbuhan dan perkembengan ( fase poliferasi). Peningkatan
estorogen ini menekan pengeluaran hormone perangsang folikel ( FSH ), terapi
merangsang hormone luteinizing ( LH ) sehingga dapat merangsang folikel Graff
yang telah dewasa, untuk melepaskan telur yang disebut dengan proses ovulasi.
Telur ini akan ditangkap oleh fimbrae pada tuba falopii, dan dibungkus oleh
korona radialis yang akan memberikan nutrisi selama 48 jam. Folikel Graff yang
mengalami ovulasi menjadi korpus rubrum dan segera menjadi korpus luteum dan
mengeluarkan dua macam hormone indung telur yaitu estrogen dan progesterone (
Manuaba, 1999: 53 ).
c) Fase – fase dalam siklus menstruasi
Setiap satu siklus menstruasi
terdapat 4 fase perubahan yang terjadi dalam uterus. Fase-fase ini merupakan
hasil kerja sama yang sangat terkordinasi antara hipofisis anterior, ovarium,
dan uterus. Fase-fase tersebut yaitu :
1) Fase menstruasi atau desquamasi.
Pada fase ini, endometrium terlepas
dari dinding uterus dengan disertai perdarahan dan lapisan yang masih utuh
hanya stratum basale. Fase ini berlangsung selama 3-4 hari.
2) Fase pasca menstruasi atau fase
regenerasi
Fase ini, terjadi penyembuhan luka akibat
lepasnya endometrium. Kondisi ini mulai sejak fase menstruasi terjadi dan
berlangsung selama ± 4 hari.
3) Fase intermenstruasi atau fase
proliferasi
Setelah luka sembuh, akan akan
terjadi penebalan pada endometrium ± 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke-
5 sampai hari ke- 14 dari siklus menstruasi.
4) Fase premenstruasi atau fase proliferasi
Fase ini berlngsung dari hari ke-
14 sampai ke- 28. Fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi bentuk
kelenjar berubah menjadi panjang berkelok-kelok dan mengeluarkan getah yang
makin lama makin nyata. Bagian dalam sel endometrium terdapat glikogen dan
kapur yang dipelukan sebagi bahan makanan untuk telur yang dibuahi ( Turmin,
1997:59 ).
d) Proses terjadinya menstruasi
Menstruasi terjadi karena
perubahan-perubahan pada alat reproduksi, khususnya rahim dan indung telur.
Perubahan-perubahan ini membentuk suatu siklus yang dikenal dengan siklus
menstruasi atau haid. Melalui proses tertentu kedua indung telur memilih satu
sel telur untuk dimatangkan. Sel telur yang matang berukuran sebesar kelereng
dilapisi oleh selaput yang sangat tipis. Setelah matang sel telur ini akan
mendekati permukaan indung telur, kemudian selaput pembungkusnya pecah dan sel
telurnya keluar. Peristiwa ini disebut ovulasi. Sel telur yag bebas ini lalu
menuju kerahim. Lebih kurang satu minggu sebelum ovulasi dindinng rahim menebal
jaringan pembuluh darah bertambah, ini dimaksudkan untuk mempersiapkan makanan
bagi calon bayi tetapi bila tidak terjadi kehamilan, persipan ini tidak
terpakai dan dinding rahim yang menebal ini akan lepas dan keluar sebagai
menstruasi atau haid.
e) Volume darah setiap menstruasi
Setiap menstruasi mengeluarkan 30
hingga 120 cc. pengeluaran dalam jumlah banyak terjadi pada hari-hari pertama,
kemudian berkurang hingga hari terakhir. Perdarahan menstruasi yang sangat
banyak merupakan hal yang tidak normal. Ini biasanya terjadi karena ketidak
seimbanganya hormone, dimana produksi estrogen tidak seimbang dengan kadar
progesterone.
f) Tanda dan gejala menstruasi
Gejala-gejala yang ditemukan antara
lain payudara lebih kencang dan sensitif, kadang- kadang gatal. Ada pula yang
mengalami sakit kepala, rasa gatal, rasa pegal dipunggung, rasa tertekan, rasa
gelisah, lemas, merasa nyeri ( dismenore ) dan mudah tersinggung.
g) Terlambat menstruasi
Siklus menstruasi ini tidak selalu
teratur. Biasanya pada wanita menjelang dewasa menstruasi belum teratur,
misalnya hanya menstruasi sekali dalam beberapa bulan. Demikian pula pada
wanita yang mendekati usia 40-50 tahun. Pada usia ini adalah hal yang wajar
bila dalam 2 bulan atau lebih tidak mengalami menstruasi karena mendekati usia
menopause. Tapi pada wanita-wanita yang sebelumnya mempunyai siklus yang
normal, maka ketidak teraturan menstruasi dapat disebapkan olehberbagai faktor
seperti masalah emosional tertentu dapat mempercepat atau memperlambat
menstruasi, stress, keadaan gizi dan kesehatan umum juga berpengaruh ( Suryono,
1996 : 141 ).
b. Jenis – Jenis Gangguan Atau Kelainan
Dalam Mestruasi Yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi Yaitu :
a. Polimenorea atau epimenoragia
Polimenorea atau epimenoragia
adalah siklus haid yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari,
sedangkan jumlah perdarahan relative sama atau lebih banyak dari biasa. Wanita
dengan polimenorea akan mengalami menstruasi hingga dua kali atau lebih dalam
sebulan, dengan pola yang teratur dan jumlah perdarahan yang relative sama atau
lebih banyak dari biasanya.
Polimenorea dapat terjadi akibat
adanya ketidak seimbanmgan system hormonal pada hipotalamus-hipofisis-ovarium.
Ketidak seimbangan hormone tersebut dapat mengakibatkan gangguan pada proses
ovulasi ( pelepasan sel telur ) atau memendeknya waktu yang dibutuhkan untuk
berlangsungnya suatu siklus menstruasi normal sehingga didapatkn menstruasi
yang lebih sering.
b. Oligomenorea
Oligomenorea
merupakan suatu keadaan dimana siklus menstruasi memanjang lebih dar 35 hari,
sedangkan jumlah perdarahan tetap sama. Wanita wanita yang mengalami
oligomenore akan mengalami menstruasi yang lebih jarang daripada biasanya.
Oligomenorea biasanya terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan hormonal pada
aksis hipotalamus-hipofis-ovarium. Gangguan hormone tersebut menyebabkan
lamanya siklus menstruasi normal menjadi memanjang, sehingga menstruasi menjadi
lebih jarang terjadi.
c. Hipermenorhea
Hipermenorhea adalah perdarahan
haid yang lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal ( lebih dari 8
hari ). Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus, misalnya adanya
mioma uteri, polip endometrium, gangguan pelepasan endometrium pada waktu dan
sebagainya.
d. Hipomenorhea
Hipomenorhea adalah perdarahan haid
yang lebih pendek atau lebih kurang dari biasa. Sebabpnya dapat terletak pada
konstitusi penderita, pada uterus misalnya, sesudah miomektomi, pada gangguan
endokrin, dan lain-lain.
e. Amenorea
Amenorea adalah kondisi dimana
seorang wanita tidak mengalami menstruasi sedikitnya 3 bulan berturut-turut.
Amenorea ada 2 macam yaitu:
1. Amenore primer adalah tidak terjadinya
haid sampai dengan usia 17 tahun, karena faktor genetik, dengan atau tampa
perkembangan seksual sekunder. Perkembangan seksual sekunder, contohnya :
payudara berkembang, tumbuh rambut pada alat kelamin.
2. Amenore sekunder adalah tidak terjadinya
menstruasi selama 3-6 bulan atau lebih pada orang yang telah mengalami siklus
menstruasi ( Anonim, 2010 ).
f. Dismenorhea
Dismenorhea atau nyeri haid adalah
nyeri saat menstruasi yang dialami oleh hamper semua wanita dari waktu kewaktu.
Tepat sebelum atau saat keluarnya darah menstruasi akan timbul rasa nyeri yang
ritmis dan mencengram pada bagian bawah perut serta punggung yang berlangsung
selama beberapa jam, meskipun kadang-kadang bisa sampai sehari atau sepanjang
daur menstruasi.
c. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Siklus
Menstruasi
Rata-rata siklus haid pada wanita
adalah 28 hari, tetapi ada juga yang berbeda. Secara tehniks, siklus haid yang
normal adalah antara 21 hari hingga 35 hari, jika siklus haid berubah itu
merupakan vareasi dan normal. Selain itu ada beberapa faktor yang menyebapkan
siklus haid atau menstruasi terganggu yaitu :
a. Stress
Stress
tidak boleh dikesampingkan karena akan mengganggu metabolism dalam system
tubuh. Bisa jadi karena stress, ibu begitu mudah lelah, berat badan menurun
drastic, bahkan sakit-sakitan, sehingga metabolic terganggu. Bila metabolism
terganggu siklus menstruasi ikut terganggu juga.
b. Diet dan olah raga
Diet
dan olahraga dapat mempengaruhi siklus haid anda, jika anda latihn cukup keras
dan asupan makanan tidak cukup, tubuh akan menyimpulkan anda tidak fit untuk
hamil. Level estrogen akan menurun dan ovulasi terganggu atau malah berhenti.
Artinya bisa saja seorang yang berolahraga keras dan diet ketat seperti atlet,
tidak mengalami haid selama beberapa
waktu. Hal ini disebut hypothalamic amenorrhea.
c. Berat badan
Seperti
jugaa diet dan olahraga, jika anda mengurangi asupan makanan secara drastis,
maka tubuh akan menyimpilkan anda dalam keadaan tidak sehat untuk hamil dan
mempengaruhi proses ovulasi. Begitu juga kebalikannya, jika anda makan
berlebihan dan berat badan mengalami penambahan atau kegemukan estrogen akan
meningkat dan akan menyebapkan siklus haid anda menjadi tidak teratur atau yang
disebut menorrhagia.
d. Kontrasepsi
Jika
pemakaian kontrasepsi seperti pil, atau IUD membuat siklus haid akan datang
tidak teratur, sebaiknya segera periksakan diri, ini menandakan suatu hal yang
tidak normal ( PIK Remaja, 2010 ).
D.
Hubungan KB Suntik Dengan Pola Menstruasi
a. Pengaruh KB Suntik terhadap siklus haid
Pemberian
KB suntik Cyclofem dapat terjadi perdarahan. Perdarahan yang terjadi ini tidak
dapat dianggap sebagai darah haid dalam arti yang sebenarnya, yaitu yang
terjadi dari suatu endometrium yang normal (fase sekretorik). Pada pemberian KB
suntik Cyclofem terjadi perdarahan lucut, tetapi perdarahan yang terjadi bukan
berasal dari suatu endometrium yang normal karena gestagen sudah ada sejak awal
proliferasi. Seperti diketahui, bahwa haid yang normal terjadi akibat kadar
progesteron yang turun, sedangkan pada penggunaan KB suntik Cyclofem haid yang
terjadi akibat turunnya kadar estrogen dan progesteron atau akibat turunnya
kadar hormon sintetik. Haid yang terjadi setelah penggunaan kontrasepsi
hormonal kombinasi lebih tepat dikatakan sebagai pseudo haid (Baziad, 2002).
Penyakit
yang berhubungan antara KB suntik terhadap siklus haid adalah amenorea.
Amenorea adalah kondisi dimana seorang wanita tidak mengalami menstruasi
sedikitnya 3 bulan berturut-turut ( Hartanto, Hanafi. 2002 ).
b. Pengaruh KB suntik terhadap jumlah darah
haid
Jumlah darah haid yang keluar selama penggunaan KB
suntik DMPA akan berkurang hingga 50-70% terutama pada penggunaan awal. Setelah
penggunaan jangka lama, jumlah darah yang keluar juga makin sedikit dan bahkan
sampai terjadi amenorea (Baziad, 2002).
Penambahan progesteron menyebabkan terjadinya
pelebaran pembuluh darah vena di endometrium dan vena tersebut akhirnya rapuh,
sehingga terjadi perdarahan lokal (Baziad, 2002) atau juga, tidak terjadinya
haid disebabkan oleh kurang adekuatnya pengaruh estrogen terhadap endometrium
sehingga proliferasi endometrium kurang sempuma. Akibatnya gestagen yang
terdapat dalam KB suntik tersebut tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk
melepas jaringan endometrium (Baziad, 2002).
Penyakit yang berhubungan antara KB suntik terhadap
siklus haid adalah hipermenorhea. Hipermenorhea adalah perdarahan haid yang
lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal ( lebih dari 8 hari ) ( Hartanto,
Hanafi. 2002 ).
c. Pengaruh KB suntik terhadap lamanya
perdarahan
Dengan
berkurangnya jumlah darah yang keluar, biasanya lamanya perdarahan juga akan
berubah. Perubahan terhadap lamanya perdarahan umumnya disebabkan oleh komponen
gestagen dalam sediaan kontrasepsi hormonal tersebut (Baziad, 2002).
Penyakit
yang berhubungan antara KB suntik terhadap siklus haid adalah hipomenorhea.
Hipomenorhea adalah perdarahan haid yang lebih pendek atau lebih kurang dari
biasa ( Hartanto, Hanafi. 2002 ).
d. Pengaruh KB suntik terhadap terjadinya
perdarahan sel
Dari
beberapa pengamatan terdahulu membuktikan bahwa komponen gestagen berperan
terhadap terjadinya perdarahan sela. Bukti bahwa gestagen sangat berperan
terjadinya perdarahan dapat dilihat pada proses haid yang normal. Pada suatu
siklus haid yang normal, estrogen menyebabkan degenerasi pembuluh darah kapiler
endometrium, dinding kapiler menipis, dan pembentukan endotel tidak merata.
Dengan adanya pengaruh gestagen akan terbentuk kembali pembuluh darah kapiler
yang normal dengan sel-sel endotel intak serta sel-sel yang mengandung kadar glikoprotein
yang cukup, sehingga sel-sel endotel terlindung dari kerusakan (Baziad, 2002).
Penyakit
yang berhubungan antara KB suntik terhadap siklus haid adalah metroragia dan
spotting. Metroragia adalah perdarahan yang berlebihan diluar masa haid. Sedangkan
spotting adalah bercak – bercak perdarahan diluar haid yang terjadi selama
akseptor mengikuti pemakaian KB suntik ( Hartanto, Hanafi. 2002 ).
E.
Dasar Pemikiran
Salah
satu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan adalah dengan menggunakan alat kontrasepsi
suntik. Alat kontrasepsi dengan cara ini banyak dipilih oleh ibu-ibu di
Indonesia dikarenakan cara kerjanya yang efektif dan cara pemakaiannya yang
praktis, selain itu harganya juga lebih murah. Sebelum suntikan diberikan,
terlebih dahulu ibu diperiksa kondisi badannya untuk memastikan kesehatan si
ibu itu sendiri, dan memastikan kondisi ibu sedang dalam kondisi tidak hamil.
Penggunaan alat kontrasepsi suntik dapat mempengaruhi pola menstruasi akseptor
selama menggunakan KB suntik.
Pemakaian
alat kontrasepsi suntik memiliki efek samping yaitu Gangguan haid. Dimana
gangguan haid yang dimaksud disini yaitu Gangguan siklus ( siklus haid yang lebih memendek dari
biasanya kurang dari 21 hari dan lebih memanjang dari biasanya lebih dari 35
hari ), amenorhea ( kondisi dimana seorang wanita tidak menstruasi selama 3
bulan berturut-turut ), dismenoreh ( nyeri saat menstruasi ).
F.
Kerangka Konsep
Gambaran
gangguan pola menstruasi
Akseptor KB
|
Siklus menstruasi
|
Amenorhea
|
Dismenorhe
|
G.
Variabel Penelitian
1. Variable bebas (variable independent)
adalah variable yang mempengaruhi variable terikat (variabel dependent) yang mana
dalam penelitian ini variable idependen adalah siklus mentruasi, amenorhe, dismenorhe.
2. Variabel terikat (variabel dependent)
adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (variabel independent)
yang mana dalam penelitian ini variable dependen adalah akseptor KB
H.
Defenisi Operasional
1. Kotrasepsi
suntik adalah alat kontasepsi yang disuntikan ke dalam tubuh dalam jangka waktu
tertentu, kemudian masuk ke dalam pembuluh darah diserap sedikit demi sedikit
oleh tubuh yang berguna untuk mencegah timbulnya kehamilan. Kontrasepsi suntik
digunakan adalah noretisteron Enentat, Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA),
cyclofem.
2. Akseptor adalah seorang individu yang
membutuhkan pelayanan kesehatan Keluarga Berencana ( KB ) dirumah sakit,
puskesmas serta tempat-tempat pelayanan kesehatan lainnya.
3. Gangguan menstruasi yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah gangguan siklus, amenorhea, dismenorhe.
4. Gangguan siklus yang dimaksud peneliti
dalam penelitian ini adalah siklus haid yang lebih memendek dari biasanya
kurang dari 21 hari dan lebih memanjang dari biasanya lebih dari 35 hari.
Dengan criteria objektif :
a. Mengalami gangguan
b. Tidak mengalami gangguan
5. Amenorhe yang dimaksud peneliti dalam
penelitian ini adalah kondisi dimana seorang wanita tidak menstruasi selama 3
bulan berturut-turut. Dengan criteria objektif :
a.
Mengalami
gangguan
b.
Tidak mengalami gangguan
6. Dismenorhe yang dimaksud peneliti dalam
penelitian ini adalah nyeri saat menstruasi yang dialami oleh hampir semua
wanita dari waktu kewaktu. Dengan kriteria objektif :
a.
Mengalami gangguan
b.
Tidak
mengalami gangguan.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.
Jenis dan rancangan Penelitian
Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif untuk mendapatkan
gambaran gangguan menstruasi terhadap pemakaian alat kontrasepsi suntik pada
akseptor KB suntik di Puskesmas Lepo-Lepo Kecamatan Baruga Kota Kendari.
B. Tempat Dan
Waktu Penelitian
1.
Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan di Poli KIA Puskesmas Lepo-Lepo
Kota Kendari
2.
Waktu
Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 23-30 agustus 2013
C. Populasi
dan Sampel
1. Populasi
Populasi
adalah keseluruhan obyek penelitian (Arikunto, 2003). Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB yang menggunakan alat
kontrasepsi suntik yang berada di Puskesmas Lepo-Lepo Kecamatan Baruga Kota
Kendari periode Januari-Mei 2013 yang berjumlah 163 orang .
2. Sampel
Sampel
dalam penelitian ini adalah sebagian akseptor yang menggunakan alat kontrasepsi
suntik yang berada di Puskesmas Lepo – Lepo Kecamatan Baruga Kota Kendari yaitu
sebanyak 32 orang atau 30% dari populasi (30/100 x 105 = 32).
Menurut
Arikunto (2003), jumlah populasi > 100 maka sampel dapat 10%-30% dari jumlah
populasi, jika jumlah < 100 maka sampel dapat 50%-100% dari jumlah populasi.
Adapun tehnik pengambilan dilakukan secara Asidental Sampling.
D. Jenis dan Sumber Data
a.
Jenis data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.
b.
Sumber Data
Sumber
data dalam penelitian ini adalah : data primer diambil langsung dari responden
pada saat berkunjung di Wilayah Kerja Puskesmas Lepo-Lepo Kecamatan Baruga Kota
Kendari dengan menggunakan lembar checklist yang dibagikan pada responden atau
daftar pertanyaan dan data sekunder adalah data ibu yang memakai kontrasepsi
suntik yang terdapat pada buku Register Tahun 2013 di Puskesmas Lepo-Lepo
Kecamatan Baruga Kota Kendari.
E.
Tehnik Pengolahan
Data
Data yang dikumpulkan dari responden diolah
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Coding yaitu mengklasifikasikan jawaban responden
menurut jenisnya dengan membubuhkan kode pada jawaban tersebut.
b. Editing
yaitu meneliti data-data (checklist) yang telah diperoleh dengan responden
dengan maksud untuk proses lebih lanjut
c. Scoring
yaitu memberikan skor pada jawaban yang telah diisi oleh responden
d. Tabulasi,
yaitu memasukan data dalam tabel untuk dianalisis.
F.
Analisis Data
Setelah seluruh data yang dikumpulka dengan
menggunakan kuesioner dianalisa secara deskriptif dan menggunakan table
distribusi yang dikonfirmasikan dalam bentuk persentase dan narasi.
Dari keseluruhan responden, selanjutnya
persentase berdasarkan rumus analisis berikut :
Keterangan :
X =
jumlah persentase dari variabel yang diteliti
F =
jumlah responden/sampel variabel yang diteliti
N =
jumlah responden atau sampel secara keseluruhan
K =
nilai konstanta (100%), (Chandra, 1995).
G.
Instrument
Penelitian
Dengan wawancara langsung dan membagikan
kuesioner kepada responden atau peserta akseptor KB suntik.
H.
Penyajian Data
Penelitian
Penyajian data pada penelitian ini yaitu
penyajian dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dinarasikan secara
deskriptif variable yang diteliti dan dipresentatif.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, 2001. Administrasi Pendidikan Sekolah. Bumi
Aksara, Jakarta.
Anonym, 1992. Undang – Undang Tentang Kesehatan Nomor 23.
Jakarta.
Anonym, 2005. Laporan Eksklusif Program Nasional.
BKKBN. Prov. Sultra, Kendari.
Arcan, 1994. Kontrasepsi. Kendra Sundquist, Jakarta.
Arif Mansjoer.
Dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran
Edisi Ketiga Jilid 1. Media Asulapius,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Arikunto. Hanafi,
2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.
Sinar Harapan : Jakarta.
Hasan. M. Iqbal, 2001. Metodologi Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta .
Manuaba. Ida
Bagus. Gde. 1998. Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. EGC,Jakarta.
Notoatmojo, 2003.
Prinsip - Prinsip dan Dasar - Dasar ilmu
Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta, Jakarta.
Offset Elstar,
1980. Teknik Keluarga Berencana.
Bandung.
Prawiroharjo.
Soekidjo, 2003. Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. Jakarta.
Radja
Mudyaharja, 2001. Filsafat Ilmu
Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Saifuddin.
Abddul Bani, 2003. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. Rosdakarya sarwono,
Jakarta.
Sarwono.
Prawiroharjo, 1991. Ilmu Kandungan.
Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Siswosudarnu,
1992. Teknologi kontrasepsi. Gadjah
Mada University, Yogyakarta.
Tirtaharja. Umar
dan Koentjaraningrat, 2001. Pengantar
Pendidikan. Rineka Cipta, Jakarta.
Azwar, 2004. Pengantar Administrasi Kesehatan. Bina
rupa : Jakarta.
Anonym, 2009. Gangguan dan Masalah Haid dalam Sistem
reproduksi.http://www.lusa.web.id.diakses
tanggal 18 Desember 2010
Arianto, 2008. Pertumbuhan pada remaja. Arcan :
Jakarta.
Arikunto,S.
2003. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta : PT.Rineka Cipta
Atkinson, 1990. Pengantar Psikologi. Jilid 2. Erlangga :
Jakarta
Candra, 1995. Pengantar statistic kesehatan. EGC :
Jakarta
Brunner &
sudadart, 2001. Keperawatan medical bedah.
EGC : Jakarta
Nursalam. 2008. Konsep penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan : pedoman skripsi dan
instrument penelitian keperawatan. PT Salemba Medika : Surabaya
Nursalam, 2003. Pengukuran tingkat stress. Media Ciota :
Surabaya
Sriati Aat.
2008. Tinjauan tentang stress. http://www.akademik.unsri.ac.id/…/Tinjauan%20tentang%20stress.pdf.diunduh
pada tanggal 7 desember 2009.
Turmin, 1997 perawatan Kebidanan. FkPP : Jawa Barat
Yosep iyus.2010.
keperawatan Jiwa. Bandung : PT Revika
Aditama.
Yatim, 2001.
Ilmu kebidanan. EGC : Jakarta
http://pikkrr
remaja-alhikmah.blogspot.com2010/05/faktor-yang-mempengaruhi-siklus-haid.html
http://insel &Roth 1998
digilib.unsri.ac.id. stress & menstrual cycle. Di unduh pada tanggal 20
oktober 2009.